metode pengambilan sampling

Posted by Bima Junita Sari on 03.37 with 1 comment


METODE PENGAMBILAN SAMPEL



OLEH :
BIMA JUNITA SARI
120502167

MANAJEMEN PEMASARAN




FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR

          Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan pertolongannya saya dapat menyelesaikan penulisan paper ini dengan baik.
            Paper ini dimaksudkan sebagai bahan acuan kepada manajer dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan metode pengambilan sampel. Banyak masalah yang dihadapi oleh menejer ketika ingin melakukan riset terkhusus masalah yang dihadapi ketika ingin menentukan sampel mana yang cocok untuk dijadikan acuan dalam melakukan riset. Diharapkan paper ini dapat membantu manajer manghadapi masalah pengambilan sampel.
            Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam pembuatan paper ini. Oleh karena itu, jika ada kritik maupun saran dari pembaca, penulis dengan senang hati akan menerima saran dan kritik yang diberikan dalam rangka membantu penulis dalam pembuatan paper yang lebih baik nantinya.


Medan, 8 September 2014

                                                                                                            Bima Junita Sari







BAB I
PENDAHULUAN

            Dewasa ini kita sering sekali mengalami kesulitan untuk menentukan sampel mana yang cocok dan tidak cocok digunakan dalam riset yang akan kita kerjakan. Tidak jarang kita lihat banyak sekali orang yang salah dalam menentukan sampel riset sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.
            Mungkin kita sudah pernah menghadapi situasi, dimana suatu keputusan atau kesimpulan terhadap kelompok item harus diambil, sedangkan informasi yang kita peroleh tentang item tersebut sangat minim. Untuk itu kita perlu menerapkan metode pengambilan sampel untuk mengukur kebenaran informasi dari item yang kita teliti. Sebagai contoh, untuk mengetahui kualitas hidup masyarakat di daerah Sumatera Utara, maka kemungkinan kita hanya melakukan pemeriksaan tehadap beberapa daerah di Sumatera Utara saja dan akan merasa tidak perlu untuk memeriksa secara keseluruhan. Hal yang sama, ketika pengawas menguji kualitas dan standart susu kaleng di sebuah mal, maka dia tidak akan mancicipi semua susu kaleng yang ada namun dia akan memilih beberapa kaleng susu untuk dicicipi dan diukur kualitas dan standartnya. Hal ini terjadi karena sebagian atau beberapa susu yang diambil dianggap sudah mewakili keseluruhan susu yang ada pada mal tersebut.
            Semua contoh yang dikemukakan diatas menggunakan teknik yang disebut sampling. Para ahli telah mempelajari subjek ini secara mendalam, sehingga hal tersebut kini merupakan bagian yang sangat penting bagi seseorang yang ingin melakukan riset. Dengan demikian, apabila kita dapat memperoleh hasil yang akurat (kesalahan eror yang kecil) dengan hanya memperhatikan sampel dari objek yang akan kita teliti akan menciptakan keefektivan dan keefisiensian baik dari segi waktu maupun biaya yang dikeluarkan.





BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Sampel
            Penentuan sampel sangat diperlukan saat Anda ingin melakukan riset memecahkan masalah yang terdapat dalam populasi. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah Anda dalam mengidentifikasi masalah yang ada dalam populasi melalui sampel yang akan dijadikan kerangka acuan. Lalu apakah sebenarnya sampel itu? Berikut pengertian sampel menurut ahli:
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti agar riset pemasaran dapat dilakukan dengan efektif dan efisien (Ronny Kountur, 2008).
Menurut Dudi Anandya dan Heru Suprihhadi (2005:191) sampel adalah subgrup dari elemen-elemen populasi yang dipilih untuk suatu study.
Menurut Suryadi dan Purwanto (2009) sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian.
Menurut Wikipedia Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti: dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.
            Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti sebagai suatu pendugaan terhadap populasi yang digunakan agar riset pemasaran dapat dilakukan dengan efektiv dan efisien dan dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati.
            Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam memilih sampel. Metode-metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada satu metode yang terbaik untuk semua situasi. Situasi tertentu lebih baik menggunakan metode tertentu dibandingkan metode yang lain.

B. Metode Pengambilan Sampel ( Teknik Sampling)
            Pada dasarnya metode pengambilan sampel dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sampel probabilitas (probability sampling) dan sampel nonprobabilitas (nonprobability sampling)(suharyadi dan purwanto,2008).














Gambar 2.1 Klasifikasi Teknik Sampling




BAB III
ISI
1. Probability Sampling
            Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap sampling unit-nya mamiliki kesempatan yang sama atau memiliki probabilitas yang sama untuk dimasukkan kedalam suatu sampel yang diketahui besarnya dan probabilitas ini tidak mungkin 0 (nol) (Ronny Kountur, 2008).
            Nama lain dari Probability Sampling  ini adalah Random Sampling dimana semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih       . Pengambilan sampel dengan teknik Probability Sampling dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya dengan metode :
·         Simple Random Sampling
·         Systematic Sampling
·         Stratified Sampling
·         Cluster Random Sampling
·         Other Random Sampling
a. Simple Random Sampling
            Menurut Ronny Kountur (2008) Simple random sampling adalah metode pemilihan sampel yang paling sederhana itulah sebabnya disebut dengan istilah simple (sederhana) random sampling. Simple random sampling dilakukan dengan cara mencatat semua nama anggota dari suatu populasi diselembar kertas untuk setiap nama. Satu kertas untuk satu nama kemudian kertas-kertasnya digulung dan dimasukkan kedalam suatu tempat. Tempat tersebut kemudian dikocok dan gulungan mana saja yang keluar itulah yang dipilih sebagai sampel.
            Menurut Sarwoko (2007) Simple random sampling adalah dimana setiap elemen populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek sampel dan kesempatan tersebut diketahui berapa probabilitasnya. Contoh, apabila kita akan menentukan jumlah atau kuantitas pembelian barang konsumsi tertentu, misalnya jenis makanan tertentu, kita mencobanya dengan cara mencicipi dalam jumlah sedikit makanan itu dan kemudian kita memutuskan untuk membeli sejumlah tertentu berdasarkan hasil pencicipan makanan itu. Dalam hal ini sebelumnya kita telah mempunyai asumsi bahwa makanan itu bersifat homogen.
            Menurut Dudi Anandya dan Heru Suprihhadi (2005) Simple random sampling adalah taknik Probability Sampling yang tiap elemen dalm populasinya memiliki probabilitas, untuk masuk kedalam sampel yang sama dan diketahui besarnya. Pemilihan elemen dilakukan secara acak (random) dan independen, yakni pemilihan suatu elemen independen terhadap pemilihan elemen lainnya. SRS memiliki kelemahan, yaitu sulitnya menyusun suatu sampling frame yang dapat basis untuk menarik sample secara random. Penyebaran anggota sampel yang terpilih bisa menjadi sangat luas, hal itu menyebabkan pengumpulan data menjadi lama dan memakan biaya.
            Dengan demikian  Simple random sampling adalah pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dan setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Ada dua cara umum yang sering dilakukan yaitu :
Ø  Sistem kocokan, sistem ini sama dengan sistem arisan. Dimana tenik ini menggunakan gulungan kertas yang berisi nama anggota masing-masing yang keudian di kocok, nama yang muncul akan dijadikan sampel.
Ø  Menggunakan Tabel acak, untuk memudahkan memilih sampel terutama untuk populasi yang besar. Tabel acak ini diperoleh dari proses acak dengan menggunakan komputerdimana probabilitas angka dari 0,1,....9 adalah sama.
b. Systematic Sampling
            Menurut Dudi Anandya dan Heru Suprihhadi (2005) Systematic Sampling adalah teknik Probability Sampling, yakni sampel dipilih dengan cara menentukan titik awal secara acak (random), kemudian memilih tiap elemen ke i sebagai anggota sampel.
            Sebagai contoh, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 100, sampling frame yakni nomor mahasiswa. Terlebih dahulu peneliti menentukan secara acak nomor mahasiswa yang akan dijadikan titik awal. Setelah didapat titik awal (misalnya 1000000), kemudian peneliti menetapkan interval i (misalnya 3). Berdasarkan interval tersebut, maka anggota sampel berikutnya adalah mahasiswa dengan nomor 1000003, 1000006, 1000009,...., demikian seterusnya sampai didapat jumlah sebanyak 100 orang.
            Menurut Josep R.Tarigan dan M. Suparmoko (1996) Systematic Sampling adalah suatu pemilihan sampel yang diperoleh dari suatu kerangka sampel atau daftar semua unit dalam populasi, sesuai dengan suatu pola pengambilan yang sistematis yang telah ditentukan. Metode yang paling sering digunakan adalah memilih sampel dengan interval atau selang yang teratur dari kerangka sampel. Sebagai contoh, untuk memilih 10% sampel kita akan memilih setiap 10 unit dan melakukannya dengan mengambil sebuah bilangan acak antara 1 dan 10 untuk menentukan unit yang pertama. Katakan angka tersebut 2, maka unit yang terpilih dalam sampel adalah yang ke 2, 12, 22, 32, 42, 52, dan seterusnya. Dengan metode ini tidak ada kesempatan berbagai kombinasi dari unit untuk dipilih.
            Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009)  Systematic Sampling adalah apabila setiap unsur atau anggota dalam populasi disusun dengan cara tertentu- secara alfabetis, dari basar kecil atau sebaliknya kemudian dipilih titik awal secara acak lalu setiap anggota ke-K populasi dipilih sebagai sampel.
c. Stratified Sampling
            Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009)  Stratified Sampling adalah dilakukan dengan membagi anggota populasi dalam beberapa subkelompok yang disebut strata, lalu suatu sampel dipilih dari masing-masing stratum. Sebagai contoh, di jalan Iskandar muda, ada 20 perusahaan dibidang keuangan yang tidak terstrata dan terdiri atas 5 perusahaan asuransi (bulat) , 5 perusahaan reksa dana (segi tiga), dan 10 bank (kotak). Pada proses pengambilan sampel secara langsung, bisa terjadi salah satu dari tiga bentuk tidak terambil. Oleh sebab itu metode ini di pergunakan untuk memperbaiki pendugaan ciri-ciri populasi dengan terlebih dahulu mengelompokkan pada unsur yang sama, yaitu kelompok bulat, kelompok segi tiga, dan kelompok kotak. Untuk mengambil sampel dari masing-masing kelompok dapat menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling).
            Menurut Mendenhall dan Reinmuth (1982) Stratified Sampling adalah sampel acak yang diperoleh dengan memisahkan unsur-unsur populasi kedalam kelompok yang tidak tumpang tindih, yang disebut strata (lapisan), dan kemudian memilih sampel acak sederhana dalam setiap strata.
            Menurut Dudi Anandya dan Heru Suprihhadi (2005) Stratified Sampling adalah proses pengambilan sampel yang terdiri atas dua proses. Mula-mula populasi dibagi menjadi beberapa subpopulasi (strata). Tiap subpopulasi tersebut harus bersifat mutually exclusive. Langkah berikutnya menarik sampel dari setiap populasi secara random, biasanya menggunakan teknik Simple Random Sampling (SRS).
            Tujuan untuk membuat strata adalah untuk mengurangi total keragaman yang terdapat dalam populasi dengan kata lain strata ini berfungsi untuk mencegah adanya populasi yang tidak terambil sebagai sampel. Metode Stratified Random Sampling digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemilihan sampel yang harus proporsional. Metode ini juga digunakan dalam riset pemasaran ketika sampel yang ingin kita pilih dalam populasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
d. Cluster Random Sampling
            Adakalanya kita menghadapi situasi dimana kita ingin melakukan riset pada sampel yang sangat besar dan sebarannya merata. Maka metode inilah yang baik digunakan. Metode ini mirip dengan metode Stratified Random Sampling hanya saja pada metode ini tidak semua subpopulasi dipilih sebagai sampel.
            Cluster adalah unit yang lebih kecil dan heterogen. Untuk itu dalam setiap clusteranggotanya bersifat heterogen, hal ini mirip dengan populasi namun dalam jumlah yang lebih kecil. Hal inilah yang membedakan Stratified Random Sampling dengan Cluster Random Sampling.
            Menurut Dudi Anandya dan Heru Suprihhadi (2005) Cluster Random Sampling adalah teknik memilih sampel dari kelompok unit-unit yang kecil (cluster) dari sebuah populasi yang relatif besar dan tersebar luas.
            Sebagai contoh, jika seorang manajer pemasaran ingin melakukan riset pemasaran terhadap pelanggan yang berada di medan, pelanggan dapat di-cluster sesuai dengan lokasi. Sampel dipilih dengan cara memilih acak satu lokasi yang merupakan satu cluster. Maka semua pelanggan dalam cluster tersebut akan dijadikan sampel.
e. Other Random Sampling
            Selain dengan metode diatas ada beberapa metode lain yang dapat digunakan dalam penarikan sampel yaitu dengan metode Sequential Sampling dan Double Sampling. Sequential Sampling adalah teknik dimana elemen-elemen populasi di samplingsecara berurutan. Pengumpulan dan analisis data dilakukan pada tiap tahap. Kemudian, keputusan dilakukan berdasarkan pertimbangan perlu tidaknya memasukkan elemen populasi lainnya. Double Sampling adalah taknik dimana beberapa elemen populasi di-sampling lebih dari sekali. Pada tahap awal, sampel dipilih dari beberapa informasi dikumpulkan dari sampel tersebut. Pada tahap berikutnya, suatu subsampel ditarik dari sampel awal dan kemudian informasi tambahan dikumpulkan dari subsampel tersebut.
2. Non-Probability Sampling
            Menurut Sarwoko (2007) Non-Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana elemen-elemen dalam populasi tidak memilki probalitas-probalitas yang melekat padanya sebagai dasar pengambilan sampel. Para peneliti barangkali terpakasa menggunakan sampling ini karena alasan mudah, murah, dan cepat menghasilkan informasi.
            Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009)  Non-Probability Sampling adalah teknik penarikan sampel dimana tidak setiap anggota populasi memilki probabilitas yang sama. Hal ini terjadi karena sampel diambil dengan pertimbangan khusus atau susunan sampling yang sistematis.
            Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Non-Probability Sampling adalah teknik pengambilan (penarikan) sampel dimana setiap elemen dalam populasi tidak memiliki probabilitas yang sama. Hal ini terjadi karena sampel diambil dengan pertimbangan khusus. Kelemahan dari metode ini yaitu tidak memiliki cara matematis untuk menghitumg sampling eror.
            Nama lain dari Non-Probability Sampling ini adalah Non-Random Sampling dimana semua anggota populasi tidak mempunyai nilai probabilitas yang sama. Pengambilan sampel dengan teknik Non-Probability Sampling dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya dengan metode :
·         Convenience Sampling
·         Judgmental Sampling
·         Qouta Sampling
·         Snowball Sampling



a. Convenience Sampling
            Metode Convenience Sampling umumnya digunakan pada situasiyang tidak memungkinkan menggunakan metodepenarikan sampel dengan cara lain. Misalnya ketika data sangat sulit diperoleh dengan menggunakan cara-cara random atau non-random  oleh karena keterbatasan data.
            Menurut Dudi Anandya dan Heru Suprihhadi (2005) Convenience Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang mengambil elemen-elemen termudah saja. Pemilihan elemen ini, sepenuhnya bergantung pada penilaian peneliti atau pewawancara sehingga peneliti bebas menentukan elemen yang paling mudah.
            Menurut Sarwoko (2007) Convenience Sampling cara mengumpulkan informasi dari elemen- elemen populasi yang tersedia dengan tidak perlu susah payah.
            Sebagai contoh, penelitian yang menggunakan teman-teman sekampus, tetangga, saudara-daudara sendiri sebagai responden. Contoh lainnya, Misalnya kontes cocacola yang diadakan pada sebuah mal yang ditayang kan melalui saluran televisi untuk menentukan apakah orang-orang lebih menyukai coca-cola dari pada prosuk lain yang sejenis.
b. Judgemental Sampling
            Secara sederhana metode Judgemental Sampling adalah metode pengambilan sampel dimana peneliti menentukan sampel yang diambil dengan pertimbangan bahwa sampel yang yang ditarik merupakan sampel yang paling tepat dan memberikan informasi yang akurat yang dibutuhkan peneliti.
            Menurut Josep R.Tarigan dan M. Suparmoko (1996) Judgemental Sampling adalah metode dimana sampel dipilih yang menurut pencacah atau pengawas secara intuisi akan mewakili seluruh populasi.
            Sebagai contoh, riset yang bertujuan untuk mengetahui persepsi orang terhadap film bioskop Hermes XXI. Secara judgemental, hanya orang yang pernah ke Hermes XXI yang diambil sebagai sampel.
c. Qouta Sampling
            Menurut Dudi Anandya dan Heru Suprihhadi (2005) Qouta Sampling terdiri atas dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap pengembangan kategori atau qouta dari elemen-elemen populasi. Pada tahap kedua, elemen sampel dipilih berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan pada tahap awal.
            Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009) Qouta Sampling adalah pengambilan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah atau qouta yang diinginkan. Tujuan penarikan sampel kouta adalah untuk memperbaiki keterwakilan seluruh komponen dalam populasi.
            Sebagi contoh, apabila akan dilakukan penelitian terhadap tingkat pendapatan di Sumatera Utara pada tahun 2012 dan ditentukan koutanya 100 pengguna. Jika pengumpulan data belum mencapai 100 maka penelitian dianggap belum selesai dan penelitian harus dilakukan sampai mencapai kouta yang ditentukan. Apabila dalam penelitian tersebut harus menggambarkan keterwakilan populasi dari jumlah penduduk, maka setiap kelompok harus mempunyai kouta. Misalnya, penduduk berpendapatan tinggi 20% (koutanya menjadi 20), penduduk yang berpenghasilan sedang 50% (koutanya menjadi 50), dan penduduk yang berpenghasilan 30% (koutanya menjadi 30).
d. Snowball Sampling
            Menurut Dudi Anandya dan Heru Suprihhadi (2005) Snowball Sampling, adalah teknik penarikan sampel dimana pertama responden dipilih secara random. Setelah informasi dikumpulkan dari responden pertama, ia diminta untuk menunjukkan beberapa orang lain yang dapat ditarik sebagai sampel. Walaupun pemilihan responden awal dilakukan secara rando, tetapi hasil keseluruhan teknik sampling ini adalah nonprobability.








BAB IV
KESIMPULAN
PENGGUNAAN PROBABILITY DAN NONPROBABILITY SAMPLING
            Pemilihan teknik sampling yang akan digunakan didasarkan pada sifat dasar penelitian, variasi dalam populasi, pengoperasian teknik statistik, besarnya sampling dan nonsampling eror, dan tingkat kesulitan operasionalisasi teknik sampling tersebut.
Kondisi-kondisi yang Mendukung Penggunaan Probability atau Nonprobability Sampling
Faktor
Nonprobability Sampling
Probability
Sifat Dasar Penelitian
Eksploratori
Konklusif
Besar Relatif Sampling dan nonsampling eror
Nonsampling eror lebih besar
Sampling Eror lebih besar
Variasi dalam Populasi
Rendah (Homogen)
Tinggi (Heterogen)
Pertimbangan Statistik
Kurang mendukung pengguna statistik
Lebih mendukung dalam perhitungan statistik
Pertimbangan Operasional
Lebih mudah dilakukan
Lebih sulit













DAFTAR PUSTAKA

Anandya, Dudi dan Heru Suprihhadi. 2005. Riset Pemasaran Prospektif & Terapan, Bayumedia Publishing, Malang.
Mendenhall, Wiliam dan James E. Reinmuth. 1988. Statistik untuk Manajemen dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
Tarigan, Josep R dan M.Suparmoko. 2000. Metode Pengumpulan Data, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta
Sarwoko. 2007. Statistik Inferensi, C.V Andi Offset, Yogyakarta.
Kountur, Ronny. 2008. Menguasai Riset Pemasaran Cara Mudah & Praktis, PPM, Menteng.